Sedikit kaget setelah mendengar cerita dari kawan saya malam tadi. Sedikit terheran bahwa ternyata banyak yang mempertanyakan dan bahwa hal itu dipertanyakan. Kesimpulannya bahwa selama ini kami dianggap cengeng karena terus memajang tameng atas nama kejadian tersebut untuk melarikan diri.
Mari untuk tidak mengeneralisasi kami. Saya disini ingin menceritakan apa yang saya rasakan secara personal yang mungkin bisa menambahkan cerita teman saya semalam itu. Saya bukan orang cengeng yang selama ini mereka kira. Sebelum mengawali, saya tegaskan, disini saya hanya menceritakan sesuatu yang pernah terjadi dan sangat saya ingat.
Sekian hari setelah 8 Februari 2009..
SMS dari teman saya mengatakan, hari itu kami diajak ke satu tempat untuk berkumpul mencari solusi untuk menyelamatkan organisasi itu, sebut saja ITU. Berkumpul dengan tetua-tetua yang katanya menyebalkan. Dari SMS yang saya baca sih, ga ada baik-baiknya keadaan disana waktu itu. Saya langsung berangkat lagi ke Bandung.
Keesokan harinya, saya di kampus, masih dalam urusan penyelamatan itu yang kemudian dibentuk kepanitiaan sendiri. Pagi, siang, sore. Malam harinya, kembali diminta beberapa orang perwakilan dari kami untuk hadir pada pertemuan di satu rumah yang teman saya ceritakan itu. Datanglah saya dan teman-teman saya. Rumah itu, asing. Sangat asing. Orang-orang yang berada disana pun sangat asing bagi saya. Wajah-wajah yang menyambut, yahh ada yang ramah ada yang jutek juga. Hmmm..
Selang beberapa lama, akhirnya orang-orang yang berada di dalam memulai forumnya. Tiba-tiba datanglah satu orang, angkatan lupa berapa tepatnya, tapi berada dalam range dua sampai 1 satu dekade sebelum dekade sekarang. Kedatangannya sangat tidak mengenakan, ucapan-ucapan ketus keluar dari mulutnya di detik ia memasuki ruangan itu. Masih, saya masih tidak mengenal orang-orang yang berada dalam ruangan itu, kecuali satu yang memang tukang nongol.
Semua semakin tidak mengenakan bagi saya semenjak kedatangan orang itu. Dimulai dari ia datang, forum dimulai, cercaan, caci maki, justifikasi semua ditujukan pada kawanan saya. Caci maki seakan kamilah yang paling lemah dalam ruangan itu. Seakan kami hadir disitu hanya sebagai bahan cercaan, bahwa kami tidak pantas. Waktu itu posisi duduk kami pun hampir seperti center of attention. Si orang itu duduk tidak lebih dari 3 meter di depan kami, bertindak sebagai pemimpin rapat. Tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut orang itu bahkan mereka-mereka yang ada di ruangan itu yang menunjukkan setidaknya belasungkawa kepada kami. Mereka datang hanya untuk menyelamatkan ITU. Baiklah, kami mengerti koq. Tapi kami tidak terima kenapa kami dicerca disitu. Bahkan kami sama sekali belum mengenal anda-anda sekalian. Sampai cercaan itu sampai pada satu kalimat :
"hey kalian, sini mau gw gampar? kalo kalian mau gw gampar, saat itu juga kalian jadi *******!"
Teman kami meninggal,
Disambut dengan muka-muka sinis,
Tidak ada yang berbelasungkawa sama sekali,
Harus terlibat dalam penyelamatan itu,
Di dalam dicaci maki,
Kemudian lo ngomong gtu?
Berharap anda dihargai?
Berharap anda dihormati?
Mungkin anda lahir di planet lain yang makhluk-makhluknya ga punya hati?
Saya secara personal benar-benar sakit hati saat itu, sampai sekarang. Saya tidak pernah lupa wajah orang yang ada di depan saya itu. Bencinya bukan main.
Jangan rusak opini saya terhadap orang-orang yang sangat saya hargai dan saya hormati hanya karena perilaku beberapa orang.
Ini hanya segelintir yang paling saya ingat dan saya alami. Hmmm, berharap untuk anda-anda yang masih terheran mengapa kami hancur sebegininya untuk sedikit lebih dapat memposisikan diri sebagai kami dan merasakan sedikit. Namun tidak berharap untuk mengerti sepenuhnya, karena bukan anda yang mengalami.
Hal ini tidak pernah menjadi mudah, tidak terkecuali bagi saya dan teman-teman.
Bahwa, semua yang terjadi dulu memang amat rumit. Mungkin tidak akan pernah bisa dimengerti jika tidak dialami sendiri.
Jika punya pertanyaan, langsung sampaikan pada saya, karena asumsi hanya akan membuat justifikasi-justifikasi lainnya.
Dan untuk apa sampai saat ini saya bertahan?
Demi teman-teman saya yang juga masih bertahan sampai sekarang dan seterusnya
Karena saya sayang ITU
Karena saya sayang orang-orang yang masih berdiri untuk menyayangi kami
Karena saya sayang orang-orang yang sudah berjuang
Karena saya bukan orang yang akan kalah karena cercaan
Aku tidak mudah kalah,
Aku tidak akan kalah,
dan aku tidak pernah merasa kalah!